Sawit dan Kemakuran Rakyat di Satuan Pemukiman (SP) Kecamatan Mukok, Sanggau

Adanya perkebunan sawit membuka akses jalan yang dapat dimanfaatkan warga sekitarnya. Dok. Penulis

Silakan Pembaca ke Mukok, sebuah kecamatan di wilaya Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Lakukan pengamatan yang menarik terkait lahan sawit dan kehidupan petani sawit di wilayah SP-1 hingga SP-4, Kecamatan Mukok, Kabupaten Sanggau. 

Penelitian ini memberikan pandangan mendalam tentang ekistensi serta kebermanfatan industri sawit terhadap masyarakat setempat, baik penduduk asli (Dayak) maupun pendatang.


Sawit dan kesejahteraan sosial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri sawit telah berperan penting dalam mensejahterakan masyarakat di wilayah tersebut. Tidak hanya penduduk asli (Dayak), tetapi juga pendatang atau trans mendapatkan manfaat ekonomi yang signifikan dari kehadiran industri sawit di wilayah SP-1 hingga SP-4. Faktanya, baik penduduk asli maupun trans, keduanya sama-sama merasakan kemakmuran.

Kehadiran industri sawit memberikan banyak manfaat bagi masyarakat setempat. Salah satu manfaat yang signifikan adalah penciptaan lapangan kerja. 

Industri sawit memerlukan banyak tenaga kerja, baik dalam tahap perawatan kebun, panen, maupun di pabrik pengolahan. Hal ini telah membuka peluang kerja bagi penduduk setempat, termasuk para petani sawit.


Sawit dan pertumbuhan ekonomi

Tak hanya menciptakan lapangan kerja, industri sawit juga memberikan kesempatan ekonomi bagi masyarakat. Para petani sawit mendapatkan pendapatan dari hasil panen mereka, yang tentunya menjadi sumber utama penghidupan mereka. Pendapatan ini tidak hanya memperkuat ekonomi rumah tangga petani, tetapi juga berdampak positif pada perekonomian wilayah secara keseluruhan.

Selain itu, dengan adanya industri sawit, infrastruktur dan fasilitas juga mengalami peningkatan. Perusahaan sawit biasanya berinvestasi dalam pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya yang memudahkan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat di wilayah tersebut. Hal ini tentunya memberikan manfaat langsung bagi penduduk setempat dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Namun, tentu saja, ada pula tantangan dan isu yang perlu diatasi dalam konteks industri sawit. Salah satunya adalah upaya untuk memastikan keberlanjutan lingkungan dalam aktivitas perkebunan sawit. 

Pengelolaan lahan sawit yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan harus menjadi prioritas. Hal ini agar dampak negatif pada lingkungan dapat ditekan seminimal mungkin.

Selain itu, penting bagi pemerintah dan semua pihak terkait untuk memastikan bahwa distribusi manfaat dari industri sawit merata dan adil. Dalam hal ini, perlu ada kebijakan dan program yang mendukung kesejahteraan petani kecil dan masyarakat lokal, sehingga semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari industri ini.

Penelitian oleh Sanggau News menunjukkan bahwa industri sawit berperan signifikan dalam mensejahterakan masyarakat di wilayah SP-1 hingga SP-4, Kecamatan Mukok, Kabupaten Sanggau. 

Baik penduduk asli maupun pendatang merasakan dampak positif dari kehadiran industri ini. Namun, upaya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan memastikan distribusi manfaat yang merata tetap menjadi tantangan yang perlu diatasi secara bersama-sama. 

Dengan perencanaan dan pengelolaan yang baik, industri sawit dapat terus memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat setempat serta berkontribusi pada pembangunan ekonomi wilayah tersebut.

Tanaman palma ini dijuluki "emas hijau" karena memang memiliki potensi untuk memakmurkan banyak orang dan berperan penting dalam perekonomian. Namun, perlu diingat bahwa ada sejumlah catatan penting yang perlu diperhatikan untuk menjaga keberlanjutan dan dampak positif dari industri sawit.

Pertama, penting untuk menjaga kawasan sawit tidak lebih dari 1/5 dari luasan suatu kawasan. Dengan pembatasan ini, lingkungan dapat tetap terjaga lestari dan tidak terjadi kerusakan berlebihan.

Penggunaan racun rumput kimia harus dikurangi secara berlebihan. Alternatifnya adalah dengan menggantinya dengan cara seperti tebasan menggunakan mesin pemotong rumput atau menanam tanaman pelindung yang saling menguntungkan dengan sawit.

Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri sawit adalah pola kepemilikan, terutama jika dilakukan oleh perusahaan skala menengah dan besar.

Perusahaan-perusahaan besar harus menghindari pola atau modus memperoleh lahan yang dapat merugikan masyarakat setempat.

Izin usaha dan pencaplokan lahan harus dilakukan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat setempat.

Sumber daya manusia yang bekerja di industri sawit harus melibatkan masyarakat setempat agar mereka juga merasakan manfaatnya.

Prinsip "trickle-down effect" atau dampak rembesan ke bawah harus diwujudkan dalam realitas, bukan hanya sekadar konsep. Bagaimana eksistensi perkebunan sawit dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar harus menjadi kenyataan.

Sarana dan prasarana perkebunan sawit, seperti jalan ke kebun yang dalam kondisi baik, harus dinikmati oleh masyarakat sekitar.


CSR perkebunan sawit

Program Corporate Social Responsibility (CSR) perkebunan sawit harus dilakukan secara adil dan merata, sehingga seluruh masyarakat sekitar dapat merasakan manfaatnya, bukan hanya golongan tertentu. 

Jika semua prasyarat tersebut dipenuhi dan dijalankan dengan baik, maka industri sawit dapat tetap menjadi salah satu juruselamat dalam menghadapi berbagai kemelut yang dihadapi oleh negeri kita dan dunia, termasuk pandemi Covid-19. Potensi kontribusi sawit dalam mendukung lokomotif ekonomi nasional menjadi semakin nyata.

Jika setiap kepala keluarga memiliki 2 kavling sawit saja, hasilnya bukan saja mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup, melainkan juga bisa menciptakan kekayaan bagi masyarakat. Potensi inilah yang perlu dikelola dengan bijaksana dan berkelanjutan agar seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya.

Selama diskusi intens yang saya lakukan dengan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian dan Ketua Dewan Pembina Asosiasi Persatuan Petani Sawit Indonesia (POPSI), Bapak Gamal Nasir, keinginan untuk semakin memperbanyak plasma petani dalam industri sawit menjadi sangat jelas. Pengembangan sawit untuk kemakmuran negeri adalah tujuan utama, dan fakta bahwa sektor ini tetap berjaya di tengah pandemi menjadi bukti nyata bahwa sawit memiliki peran strategis dalam menyumbangkan devisa terbesar bagi Indonesia.

Perlu diingat bahwa tantangan utama bukan terletak pada komoditas sawit itu sendiri, tetapi lebih kepada aspek kepemilikan dan cara perusahaan besar mendapatkan lahan. Jika tata kelola dan etika ditaati dan dijalankan dengan baik, dampak positif dari industri sawit akan dirasakan oleh seluruh masyarakat, termasuk petani yang bekerja di sektor ini.


Devisa sawit yang makin tinggi

Dr. Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), juga menekankan bahwa saat ini Indonesia merupakan raja crude palm oil (CPO) dunia, dan industri sawit memiliki daya tahan yang luar biasa di pasar global. Meskipun banyak negara mengalami situasi sulit akibat pandemi Covid-19, perdagangan minyak sawit tetap berjalan, dan impor minyak sawit Indonesia tetap tumbuh positif. Devisa dari sawit memberikan sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia di tengah pandemi dan resesi ekonomi.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sektor non-migas Indonesia mengalami surplus yang signifikan, dan sekitar 95 persen dari surplus tersebut berasal dari devisa sawit. Devisa tersebut setara dengan jumlah yang sangat besar, yang dapat membantu mendorong permintaan agregat dan mendorong pertumbuhan konsumsi dan investasi di dalam negeri, sehingga perekonomian nasional tetap tumbuh meskipun di tengah pandemi.

Bukan hanya itu. Harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani juga mengalami peningkatan akibat permintaan minyak sawit dunia yang terus meningkat. Hal ini memberikan efek positif bagi roda ekonomi di pedesaan dan sektor-sektor lainnya.

Jika setiap kepala keluarga memiliki 2 kavling sawit saja, hasilnya tidak hanya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, tetapi juga dapat menciptakan kekayaan bagi masyarakat. Potensi ini perlu dikelola dengan bijaksana dan berkelanjutan agar seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya. 

Dalam konteks ekonomi yang berakar pada rakyat, kita harus menyadari bahwa devisa sawit dihasilkan dari kebun-kebun sawit yang tersebar di lebih dari 200 kabupaten di Indonesia, melibatkan jutaan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) serta korporasi di seluruh tanah air. Oleh karena itu, pengembangan industri sawit yang berkelanjutan dan berkeadilan harus menjadi fokus utama agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Penting untuk mempertahankan dan menciptakan nilai ekonomi yang menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam industri sawit, termasuk petani, pengusaha RAM, pabrik CPO, dan pengusaha minyak sawit. Sebagai langkah penting untuk memastikan kemakmuran bagi semua warga dan negara, Pemerintah harus mempertahankan keseimbangan kepentingan dalam industri sawit, mengambil contoh dari praktik yang berhasil di Malaysia.

Industri sawit memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu komoditas ekonomi unggulan bagi Indonesia. 

Dengan luas lahan dan iklim yang mendukung, Indonesia dapat memanfaatkan sektor ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan menyumbang pendapatan devisa bagi negara. Pengembangan sawit yang berkelanjutan dan berkeadilan akan memberikan dampak positif bagi masyarakat, terutama petani dan masyarakat sekitar kebun sawit.

Pentingnya menjaga nilai ekonomi sawit agar memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat sangatlah penting. Ini dapat dicapai dengan mengoptimalkan seluruh rantai nilai produksi sawit, mulai dari penanaman dan pengolahan hingga pemasaran dan distribusi. 

Petani sebagai produsen harus mendapatkan harga yang adil dan stabil untuk Tandan Buah Segar (TBS) mereka, sementara pengusaha RAM dan pabrik CPO perlu memperoleh hasil olahan yang berkualitas dan bernilai tambah tinggi. Pengusaha minyak sawit juga harus mampu memasarkan produknya dengan harga yang kompetitif di pasar internasional.


Mempertahankan keseimbangan
 

Pemerintah Indonesia perlu mengadopsi pendekatan seperti yang dilakukan oleh Malaysia dalam mempertahankan keseimbangan antara kepentingan semua pihak yang terlibat dalam industri sawit. 

Pemerintah Indonesia menjaga keseimbangan ini bukan sekadar mimpi, melainkan suatu keharusan untuk menciptakan kebijakan yang mendukung petani kecil, masyarakat sekitar kebun sawit, pengusaha RAM, pabrik CPO, dan pengusaha minyak sawit. 

Langkah ini harus diiringi dengan kebijakan dan regulasi yang holistik, memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Hanya dengan demikian, industri sawit dapat beroperasi secara berkelanjutan, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat, dan menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional. 

Pendekatan ini tidak hanya mengikuti jejak Malaysia, tetapi juga mengakui potensi Indonesia untuk mengelola sumber daya sawit secara bijaksana guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. 

Jalan sawit

Salah satu keuntungan langsung yang dinikmati oleh penduduk sekitar perkebunan sawit adalah adanya infrastruktur yang dikenal sebagai "jalan sawit." Jalan sawit adalah fasilitas yang dibangun oleh perusahaan perkebunan untuk mendukung operasional mereka, namun manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh perusahaan itu sendiri. Jalan ini sering kali menghubungkan area-area yang sebelumnya terisolasi dan tidak memiliki akses yang memadai.

Sebelum adanya jalan sawit, penduduk setempat mungkin harus menempuh jarak jauh dengan kondisi jalan yang buruk atau bahkan tidak ada sama sekali. Dengan adanya jalan sawit, akses ke berbagai kebutuhan sehari-hari seperti pasar, fasilitas kesehatan, dan pendidikan menjadi lebih mudah. Selain itu, jalan tersebut juga mempermudah mobilitas barang dan jasa, yang berdampak positif pada perekonomian lokal.

Lebih dari sekadar akses fisik, pembangunan jalan sawit juga sering kali disertai dengan peningkatan kualitas hidup. Misalnya, dengan adanya akses yang lebih baik, distribusi barang dan layanan menjadi lebih efisien, harga barang-barang kebutuhan bisa lebih stabil, dan penduduk memiliki lebih banyak kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi yang lebih luas.

Dengan demikian, jalan sawit tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi, tetapi juga sebagai katalisator untuk pengembangan ekonomi dan sosial di daerah sekitar perkebunan sawit. Meskipun jalan ini dibangun terutama untuk mendukung kegiatan perusahaan, manfaatnya yang dirasakan oleh masyarakat lokal tidak dapat dipandang sebelah mata.

(Masri Sareb Putra)

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post