Di Sarawak 50.500 Petani Sawit Swadaya Mengelola Lahan 234.812 Hektar

Perkebunan sawit mandiri di Ulu Niah, Miri. Dok. Penulis.

Selama seminggu penulis melakukan penjelajahan di wilayah perbatasan Sarawak, Malaysia. Mendapati sebuah pengalaman yang memukau. Sekaligus mencelikkan mata terhadap keindahan serta kekayaan alam kawasan ini.


Perjalanan dimulai dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong pada 7 Agustus 2024. Dibawa dengan mobil Hillux oleh Clemence Joy, ditemani istrinya Patricia Ganing. Penulis menjelajah Pan Borneo bersama fotografer andal Indonesia, Arbain Rambey.


Selanjutnya, kami memintas jalan raya Tebedu - Kuching sejauh 193 kilometer dalam masa waktu 4 jam. Esoknya menuju Batu Niah, Miri. 


Pada 8 Agustus 2024, setelah sarapan pagi bersama tokoh Iban terkenal, Edmund Langgu di Kuching, kami berangkat pukul 9 pagi waktu setempat. 


Biasanya, perjalanan dari Kuching ke Batu Niah memakan waktu sekitar 10 jam. Namun, karena perjalanan santai dengan sering berhenti untuk kuliner dan riset, kami tiba di Batu Niah setelah 14 jam, menempuh jarak sejauh 732,2 km. 


Setibanya di Batu Niah. Kami merasa sangat lega. Betapa tidak! Ini adalah pusat peradaban Borneo, bahkan dunia, yang telah terbukti secara saintifik dihuni oleh manusia di Gua Niah sejak 40.000 tahun yang lalu.

Sarawak tetap area hijau

Sejak awal perjalanan, kesan pertama yang sangat mengesankan adalah bahwa Bumi Sarawak, yang sering disebut sebagai "Bumi Kenyalang," masih memancarkan pesona hijau yang menenangkan dan memikat.


Sarawak, terletak di barat laut Pulau Borneo, terlihat jelas dalam citra satelit NASA sebagai sebuah wilayah yang sangat luas dan hijau. 


Dengan total luas wilayah mencapai hampir 124.450 kilometer persegi (48.050 mil persegi), Sarawak membentang dari lintang utara 0° 50′ hingga 5° dan bujur timur 109° 36′ hingga 115° 40′ E. 


Sarawak memiliki kawasan sekitar 37,5 persen dari total luas Malaysia, menjadikannya sebagai salah satu bagian terpenting dari negara tersebut baik dalam hal ukuran maupun keberagaman ekosistemnya.


Selama perjalanan panjang di Jalan Pan Borneo, yang membentang sejauh 732 km dan memakan waktu sekitar 10 jam dengan mobil Hillux, penulis mengamati bahwa meskipun perkebunan kelapa sawit merupakan pemandangan yang sering terlihat, tidak seluruh area di Sarawak ditanami sawit. 


Sarawak tetap memiliki banyak area hijau yang luas dan alami, yang menambah keindahan wilayah ini. Perkebunan kelapa sawit memang penting untuk ekonomi lokal, tetapi tidak mengubah karakter ekologis Sarawak secara drastis. Ini menunjukkan bahwa Sarawak mampu menjaga sebagian besar areanya dalam kondisi alami.


50.500 petani sawit dengan lahan seluas 234.812 hektar

Meskipun Sarawak memiliki banyak perkebunan kelapa sawit, proporsinya terhadap total luas wilayah menunjukkan bahwa banyak area masih tetap alami dan terjaga dengan baik.

 

Berdasarkan data dari Dewan Sertifikasi Minyak Kelapa Sawit Malaysia (MPOCC) pada akhir tahun 2022, terdapat lebih dari 40.500 petani sawit swadaya yang mengelola lahan seluas lebih dari 234.812 hektar di Sarawak. 


Meskipun angka ini cukup signifikan, lahan sawit di Sarawak masih relatif kecil jika dibandingkan dengan luas keseluruhan wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa Sarawak masih mampu mempertahankan keseimbangan ekologisnya dengan baik.


Perkebunan kelapa sawit di Sarawak, meskipun memainkan peran penting dalam ekonomi lokal, tidak sepenuhnya menggeser keseimbangan lingkungan yang ada. 


Jika dibandingkan dengan luas lahan ideal untuk perkebunan sawit, yaitu 1:5 dengan luas kawasan, fakta bahwa lahan sawit di Sarawak masih sedikit menunjukkan bahwa Sarawak tetap berhasil menjaga keseimbangan ekologisnya. 


Penjagaan keseimbangan ini penting untuk memastikan bahwa habitat alami bagi berbagai spesies flora dan fauna tetap terjaga dan tidak terancam.

Ekosistem yang tetap terjaga

Sarawak bukan hanya tentang perkebunan kelapa sawit, tetapi juga tentang keberagaman ekosistemnya yang menakjubkan. 


Hutan hujan tropis di Sarawak adalah rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna yang unik dan penting. 


Dalam perjalanan, penulis menyaksikan keindahan sungai-sungai yang mengalir jernih, hutan-hutan yang lebat, serta lanskap alam yang menakjubkan, yang semuanya menambah daya tarik alami wilayah ini. 


Hutan-hutan ini tidak hanya berfungsi sebagai sumber daya alam yang berharga, tetapi juga sebagai penyangga ekosistem yang mendukung kehidupan masyarakat lokal serta keberagaman hayati.


Selain keindahan alamnya, Sarawak juga dikenal dengan keragaman etnis dan budaya yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat lokal. Komunitas-komunitas di Sarawak, seperti suku Dayak dan Melanau memiliki tradisi dan budaya yang kental, yang turut berperan dalam pelestarian lingkungan dan penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan. 


Masyarakat lokal menjaga hubungan harmonis dengan alam sebagai bagian dari identitas dan cara hidup mereka. Tradisi ini mencerminkan sebuah kesadaran mendalam akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan pelestarian lingkungan.


Keberagaman budaya dan tradisi di Sarawak menambah dimensi yang menarik dalam pengalaman penjelajahan ini. 


Setiap komunitas memiliki cara unik untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka, dan ini terlihat dalam praktek-praktek pertanian tradisional serta dalam upacara-upacara adat yang masih berlangsung hingga kini. 


Keterhubungan antara manusia dan alam di Sarawak adalah contoh yang patut dicontoh dalam konteks pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Memanfaatkan sumber daya alam dengan arif dan adil

Penjelajahan di Sarawak memberikan pandangan yang sangat positif mengenai pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan. 


Sarawak menunjukkan bagaimana sebuah wilayah dapat memanfaatkan sumber daya alamnya untuk kepentingan ekonomi sambil tetap menjaga keindahan dan keberagaman alamnya. 


Keberhasilan Sarawak dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan menjadikannya sebagai contoh penting bagi wilayah lain di dunia yang menghadapi tantangan serupa.


Sarawak, dengan keindahan alamnya yang masih sangat terjaga. Bumi Kenyalang tidak hanya merupakan contoh harmonisasi antara manusia dan lingkungan, tetapi juga memberikan inspirasi bagi upaya pelestarian lingkungan global. 


Bumi Kenyalang dengan segala keunikannya menunjukkan bahwa dengan pengelolaan yang bijaksana dan perhatian terhadap keseimbangan ekologis, kita dapat menciptakan masa depan yang berkelanjutan untuk generasi mendatang.

-- Masri Sareb Putra

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post